SURABAYA, KOMPAS.com —
Warga dan pekerja seks komersial (PSK) di Jarak dan Dolly menggelar
tumpengan dan istigasah agar dua lokalisasi prostitusi ini tidak
ditutup.
Istigasah dan tumpengan digelar secara lesehan di
sepanjang jalan Jarak. Acara doa bersama ini dipimpin oleh Modin
(pemimpin doa) setempat.
Berdasarkan pantauan Kompas.com,
suasana haru menyelimuti warga dan PSK yang mengumandangkan shalawat
dipimpin seorang modin setempat. Bahkan ada seorang PSK yang tak kuasa
menahan air mata saat mengumandangkan shalawat.
Sementara itu,
koordinator tim advokasi Front Pekerja Lokalisasi (FPL), Anisa, yang
hadir dalam istigasah itu menyatakan bahwa penghuni Dolly dan Jarak
adalah pejuang yang bekerja keras demi menafkahi anak-anaknya. Mereka
menjadi PSK akibat kebijakan negara yang tidak berpihak kepada perempuan
dan warga miskin.
"Perempuan yang setia menafkahi anak-anaknya dinilai hina-dina. Padahal lebih hina koruptor," katanya.
Menurut Anisa, jika lokalisasi Jarak dan Dolly ditutup, maka anak-anak dari penghuninya tak bisa bersekolah.
Dia
menilai, deklarasi penutupan Gang Dolly dan Jalan Jarak yang digelar di
Islamic Centre tidak memiliki kekuatan hukum. Kata Anisa, tidak ada
dalam undang-undang bahwa deklarasi punya kekuatan hukum. "Deklarasi itu
hanya kebijakan politik dan karena mereka malu," tegasnya.
Anisa
menegaskan, pekerja Dolly dan Jarak pun bisa menggelar deklarasi serupa
menolak penutupan lokalisasi prostitusi ini. Kata dia, istigasah dan
potong tumpeng ini merupakan bagian dari deklarasi menolak penutupan
Gang Dolly dan Jarak.
"Kita ini berjihad di jalan Allah. Tumpeng
ini mengandung doa. Bukan hanya selamat atas tuntutan yang tidak benar
dari pemerintah," katanya.
Penghuni di Jarak dan Dolly, kata
Anisa, bukan merupakan warga bodoh yang mudah dibeli dan dibodohi.
"Karenanya, penutupan Jarak dan Dolly harus dilawan," tegasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar